Pada tahun 1998, berawal dari kebutuhan akan konsultasi psikologis dalam program akselerasi pendidikan mulai muncul di Indonesia. Bu Reni menjadi konsultan dalam hal ini, di mana Kepala Sekolah sedang mengembangkan Program Percepatan Belajar di beberapa sekolah. Permintaan untuk dukungan psikologis dalam hal ini menjadi semakin meningkat.
Tahun 1999, SMP SMA Labschool mulai mengimplementasikan program akselerasi tersebut, menandai awal dari adopsi konsep ini dalam pendidikan di Indonesia. Pada tahun yang sama, KORPRI dan Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan mulai mengakui pentingnya program akselerasi ini dalam mendukung pendidikan di Indonesia.
Pada tahun 2000, Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. H. Yahya A. Muhaimin membuka program akselerasi ini secara nasional, dengan mendapatkan dukungan melalui SK resmi. Selanjutnya, rencana untuk membentuk asosiasi untuk Himpunan Keberbakatan Indonesia diajukan kepada Bapak Rahmat Ismail. Ini menjadi langkah penting dalam pembentukan Asosiasi Psikolog Sekolah Indonesia (APSI). APSI tidak hanya mendapat dukungan dari Menteri dan pemerintah, tetapi juga dari Komisi 10 DPR, menunjukkan pengakuan terhadap pentingnya peran psikolog sekolah dalam sistem pendidikan nasional.
Namun, penting untuk dicatat bahwa APSI berbeda dengan APPI (Asosiasi Psikolog Pendidikan Indonesia), di mana APSI lebih fokus pada peran psikolog sekolah dalam menangani masalah di lingkungan sekolah.
Meskipun mengalami beberapa perubahan, seperti penutupan program akselerasi pada tahun 2014 karena berbagai masalah, APSI terus berjuang untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peran psikolog sekolah di seluruh Indonesia. Mereka terus mengingat bahwa memahami sejarah adalah kunci untuk melangkah maju, seperti yang diungkapkan dalam prinsip "Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah" (JAS MERAH).
© APSI PUSAT